Rabu, 16 Desember 2015

Beremban Besi



…. Suatu hari Beremban Besi jatuh dari pohon yang sangat tinggi. Tidak sedikitpun ia terluka dalam peristiwa itu. Diam-diam sang kakek kagum terhadap cucunya. Dari pengamatan sang kakek, apabila Beremban Besi terkena parang atau benda tajam lainnya, ia tidak terluka sama sekali. Sejak peristiwa itu kakeknya mulai menyadari bahwa cucunya mempunyai kesaktian, yakni memiliki kekebalan terhadap senjata tajam…

Zaman dahulu di kota Pangkalan Balai tepatnya di daerah Muara Tambang (Boom Berlian) hiduplah seorang yang bernama Beremban Besi. Sejak kecil beremban besi hidup sebatang kara. Tidak ada yang mengurusnya. Akibatnya, rambutnya dibiarkan gondrong.
Setelah berumur tujuh tahun Beremban Besi diasuh oleh kakeknya yang tinggal di hilir Sungai Banyuasin. Ia ikut membantu kakeknya bercocok tanam. Beremban Besi juga diajarkan kakeknya ilmu bela diri dan ilmu ketahanan tubuh. Sang kakek memang memiliki ilmu yang tinggi. Selain itu, Beremban Besi juga diajarkan ilmu-ilmu yang baik untuk kepentingan masyarakat.
Suatu hari Beremban Besi jatuh dari pohon yang sangat tinggi. Tidak sedikitpun ia terluka dalam peristiwa itu. Diam-diam sang kakek kagum terhadap cucunya. Dari pengamatan sang kakek, apabila Beremban Besi terkena parang atau benda tajam lainnya, ia tidak terluka sama sekali. Sejak peristiwa itu kakeknya mulai menyadari bahwa cucunya mempunyai kesaktian, yakni memiliki kekebalan terhadap senjata tajam.
Saat Beremban Besi sudah remaja, suatu hari ia melihat ada sebuah kapal besar menuju ke hulu Sungai Banyuasin. Baru pertama kalinya ia melihat kapal sebesar itu. Ia pun bercerita kepada kakeknya. Sang kakek sangat terkejut karena kakeknya tahu bahwa kapal besar itu merupakan kapal para perampok dari Selat Malaka yang pernah merampas harta benda mereka. Masyarakat Pangkalan Balai saat itu hidup makmur. Pencaharian penduduk saat itu dari pertanian dan perikanan. Sebelum kapal itu datang penduduk setempat telah diteror oleh perampok Selat Malaka tersebut.
Tanpa membuang waktu sang kakek langsung memberi perintah pada Beremban Besi.
“Beremban Besi cucuku, sekarang waktunya bagimu untuk mengamalkan ilmu yang telah kakek ajarkan padamu.”
“Iya, Kek.”
“Segeralah engkau pergi ke hulu. Lawanlah para perampok itu. Kakek yakin dengan ilmu yang engkau miliki, engkau pasti sanggup menumpaskan para perampok itu.”
“Baik, Kek, aku permisi. Doakan aku ya Kek.”
“Doa kakek selalu menyertaimu, Cucuku.”
Berangkatlah Beremban Besi menuju ke hulu sungai. Setiba di sana Beremban Besi berkelahi dengan para perampok. Jumlah para perambok sangat banyak yang mengeroyok Beremban Besi. Pedang dan senjata tajam para perampok tidak satu pun yang melukai Beremban Besi. Perkelahian terus berlanjut hingga ke hilir Talang Gelumbang. Perkelahian pun berlangsung berhari-hari di tempat pohon nipah. Karena perkelahian itu, mengubah pohon nipah yang semula hijau menjadi kuning. Saat ini pohon nipah dikenal dengan nipah kuning.
Perkelahian yang berlangsung berhari-hari tersebut tidak menurunkan kekuatan Beremban Besi. Malahan para perampok banyak yang terluka. Mereka pun kocar-kacir menyelamatkan diri. Sebagian dari berlari ke kapal dan segera membawa kapal mereka pergi ke luar Sungai Banyuasin.
Masyarakat sangat gembira dan mengagumi keberhasilan Beremban Besi. Tidak lupa mereka berterimakasih kepada Beremban Besi yang telah berhasil menumpas para perampok.
Diceritakan kembali oleh Neny Tryana, S. Pd. (Guru SMA Plus Negeri 2 Banyuasin III)
Cerita rakyat ini berasal dari Kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar