Rabu, 06 Januari 2016

Cerpen "Cinta Diangan-angan"

Hellow sobat blogger semuanya, nah kesempatan kali ini kita ingin berbagi cerita pendek karangan anggota prodis one yang kece kece badai angin topan gunung meletus (pokonya semua bencana alam deh) wkwkw.. Nah disini ada cerpen dari Annisa Dilla Kurnia yang berjudul Cinta Diangan-angan. Dibaca yuk cekidot..

Cinta Diangan-angan
Karya : Annisa Dilla Kurnia

Jam digital di kamarku menunjukkan tepat pukul 06.00, saatnya aku bersiap – siap untuk kuliah. Aku adalah Rara, di kampus aku mempunyai sahabat yang bernama Reza, Kiki, dan Putri. Mereka adalah seorang teman yang hebat bagiku, karena mereka lah yang membuatku tersenyum bahagia di saat aku mempunyai masalah. Mereka juga lah orang yang berusaha menghibur hari – hari ku dengan hal – hal yang konyol yang mereka lakukan. Kami selalu terbuka dengan satu sama lain, kami juga selalu jujur dengan apa yang tidak kami sukai dari diri kami masing – masing.
Solidaritas kami tinggi, karena persahabatan kami bukan lah persahabatan yang biasa. Namun, persahabatan kami sudah sama seperti saudara sendiri.




“ Mau makan apa kalian? “ tanya Kiki.


“ Ciye lagi lancar nih kayaknya, mau teraktir ya Ki? “ sahutku.


“ Bagus deh kalau gitu nggak keluar dong uang dari kantong, jadikan bisa hemat sedikit hehe.... “ lanjut Reza.


“ Yaudah kalau emang begitu, kami pesan bakso 3 dan minumnya es dogan kalau nggak ada es campur aja yaaaa. “ Ucap Putri (sambil tertawa).


Kiki pun memesan makanan, ketika kami sedang makan temanku Baim menghampiri dan duduk di sampingku.


“ Pulang bareng siapa hari ini Ra? “ tanyanya kepadaku (sambil mencomot bakso di mangkokku).


“ Nggak tau Im, tapi kayaknya hari ini aku pulang naik taksi, soalnya hari ini aku harus pulang lebih cepat. “ jawabku.


“ Nah kebetulan tuh, bareng aku aja Ra gimana? Mau nggak? Emang kamu mau kemana kok harus pulang lebih cepat? “ tanyanya.


“ Hmmm... Gimana ya? Bukannya nggak mau tapi aku nggak enak Im ngerepoti kamu. Hari ini dirumah jadwalnya anak – anak mengaji. Jadi aku nggak boleh telat sampai rumah. “ jawabkku.


“ Nggak Ra tenang aja nggak ngerepotin kok lagian hari ini juga di rumahku nggak ada siapa – siapa, aku bosen nggak ada kerjaan. Sekalian aja aku bantuin kamu mengajar anak – anak mengaji. “ ucapnya.


“ Yaudah terserah kamu kalau emang kamu mau juga nggak papa. Makasih banyak ya Im buat semua bantuannya. “ kataku.


“ Iya Ra sama – sama, sudahlah biasa aja kalau sama aku anggap aja ini awal pendekatan kita. “ ceplosnya (sambil menyruput minumanku).


“ Apa? Pendekatan apa Im? Maksudnya? “ kagetku.


Tiba – tiba Baim langsung pergi ke kelas meninggalkan Rara tanpa ucapan dan membuat Rara terkejut dengan ucapan yang di ucapakannya. Tepat pukul 15.00 waktunya pulang, Rara dan sahabat – sahabat nya menuju ke parkiran. Ketika kami sedang menuju ke parkiran, Baim mengejar Rara.


“ Jadi kan Ra hari ini? “ tanyanya.


“ Iya jadi, kamu mau pulang dulu atau langsung mau bantuin aku? “ tanyaku.


“ Boleh lah, yaudah terserah kamu Im. “ kata Rara.


“ Yaudah nih pake helm buruan naik nanti telat sampai rumah. “ serunya.


“ Siaaap booss. “ lanjut.


Mereka pun menuju ke rumah Rara, banyak hal yang mereka bicarakan di perjalanan. Setelah sampai di rumah, Rara langsung berganti baju dan membuatkan Baim minuman.


“ Minum Im, maaf nggak ada apa – apa di rumahku. “ ucapku.


“ Iya Ra makasih, maaf jadi ngerepotin kamu. “ ujarnya.


“ Nggak kok Im santai aja. “ ucaapku.


Setelah lamanya mereka berbincang – bincang, waktunya anak – anak mengaji. Baim pun ikut membantu Rara mengajar anak – anak mengaji. Ternyata anak – anak senang sekali dengan Baim karena ia adalah laki – laki yang tampan, ramah dan humoris.
Tepat pukul 17.30 waktunya anak – anak mengaji selesai. Baim pun memberani kan dirinya untuk mengungkapkan isi hatinya. Namun, Baim tidak pernah berani untuk menembak Rara, sehingga membuat Rara merasa diberi harapan.


“ Ra udah sore nih, tugasmu sudah selesai kan? Aku pamit pulang dulu yaa. “ ucapnya.


“ Iya Im, makasih banyak ya kamu udah nganterin aku pulang dan bantuin aku mengajar anak – anak mengaji, maaf kalau ngerepotin kamu. “ kataku (sambil mengantarkan Baim ke depan rumah).


“ Nggak aku senang kok bisa sama kamu Ra, boleh nggak aku bilang sesuatu sama kamu? “ ucapnya.


“ Boleh Im, mau bilang apa emangnya? “ jawabku.


“ Hmmm...... gimana yaa Ra, sebenarnya..... Aku suka sama kamu dari awal pertemuan kita, tapi aku malu untuk bilang hal ini sama kamu. “ ujarnya (sambil menatapku).


Rara pun terdiam dan hanya bisa memandang Baim dengan kata – kata yang kosong. Baim pun segera pulang karena hari telah makin malam. Keesokan hari nya Baim menjemput Rara untuk berangkat ke kampus bersama. Baim melanjutkan perkataanya yang kemarin.


“ Gimana Ra? Kok nggak di respon yang kemarin? “ lanjutnya.


“ Gimana ya Im...Bukannya kamu udah punya pacar? “ tanyaku.


“ Aku udah putus Ra sama pacar ku. “ jawabnya.


“ Jadi? Aku nggak mau kalau cuma di kasih harapan nggak jelas. “ jelasku.


“ Tapi aku juga belum mau pacaran buat sekarang Ra karena aku masih pingin fokus sama kuliah ku, tapi setidaknya aku pernah dan sudah mengungkapkan perasaanku ke kamu. “ ucapnya.


Rara hanya  bisa terdiam di atas motor Baim. Baim berani berbicara seperti itu karena Baim akan pindah dan mungkin tidak akan bertemu dgn Rara lagi. Sebulan lamanya Baim tidak ada kabar dan tidak pernah menemui Rara. Baim tiba – tiba hilang dan membuat Rara terpuruk dengan ucapannya yang sebulan lalu.
Dua bulan kemudian, Baim datang kerumah Rara untuk meminta maaf kepada Rara.


“ Ra, aku minta maaf dengan ucapan ku tiga bulan yang lalu, yang membuat kamu merasa di kasih harapan. Aku sekarang udah mau nikah. Aku kesini mau minta maaf dan mengundang kamu. “ ucapnya (sambil mengulurkan tangannya).


Rara terdiam dan berlari ke kamar karena ia merasa sakit dengan hal yang di ucapkan oleh Baim. Ibunya dan sahabat – sahabat nya membujuk Rara untuk berbicara dan bertemu dengan Baim.


“ Nak, sudahlah dunia ini tak selebar daun kelor. Jangan terlalu menangisi laki – laki seperti dia. Masih banyak laki – laki di luar sana yang masih menunggu kamu yang lebih baik dari dia. Jodoh pasti akan bertemu karena Allah telah merancang semua kehidupan di dunia ini. “ kata ibuku (sambil mengusap air mataku yang menetes).


“ Tapi buuuuu..... “ seruku.


“ Ra, benar apa yang di katakan oleh ibu mu, masih banyak laki – laki di luar sana yang masih menunggu kamu. Laki – laki yang jauh lebih baik darinya. Jadi, jangan khawatir kamu juga cantik, pintar, anggun dan ramah kok jadi tenang aja pasti ada aja laki – laki yang datang mendekatimu. “ potong Reza (sambil memeluk tubuhku).


“ Bener banget tuh Ra, kalau kamu sedih jangan merasa sendiri kami disini slalu ada untuk kamu pundak kami slalu tersedia untuk keluhanmu. Jangan sedih lagi ya jangan nangis, senyum dong nanti hilang cantik nya. “ ucap Kiki dan Putri (sambil memeluk tubuhku).


“ Terima kasih buat ibuku dan sahabat – sahabat ku, kalian adalah orang yang hebat dalam hidupku kalian lah semangat hidupku. Terima kasih banyak aku sayang kalian karena Allah. “ jawabku.


“ Iya anakku ibu dan teman – teman mu juga sayang sama Rara, jangan sedih lagi kalau ada masalah ceritakan pada ibu dan teman – temanmu jangan tertutup dan slalu ada waktu bagi kami untuk mendengarkan ceritamu. “ ujar ibuku.


“ Iya Ra ibu benar sekali, betull..betull...betull. “ canda Kiki (menghibur diriku).


“ Kamu ini bisa aja Ki hehe.. “ ucapku.


“ Makasih anak – anak udah buat Rara tersenyum kembali ibu sayang sama kalian, tetep seperti ini ya hubungan kalian akrab – akrab jangan ada perselisihan. “ ujar ibu.


“ Iya bu okee, kami memang ada perbedaan namun perbedaan tersebut tidak kami jadi kan hal yang di panjang – panjang kan. “ ucap Putri.


“ Bagus deh kalau gitu, sudah lah nak jangan larut – larut sedih jangan terlihat lemah di depan laki – laki. Sudah cuci muka lah nak lalu ke depan temui Baim berikan dia kesempatan untuk menjelaskan dan menyelesaikan semuanya. “ kata ibuku.


Rara pun pergi ke kamar mandi untuk mengusap mukanya dan ke depan untuk menemui Baim.


“ Kamu kenapa Ra? “ tanya Baim (berdiri mendekati Rara).


“ Sudahlah lupakan saja yang lalu, aku nggak papa kok. Makasih ya untuk selama ini dan semoga bahagia selalu. “ ucapku (sambil mengajaknya duduk).


“ Aku mintak maaf banget dengan semuanya yang pernah aku lakukan sama kamu. Sebenarnya aku tidak maksud membuat kamu sakit hati. “ jelasnya.


“ Iyaudah gakpapa, aku pesan sama kamu jangan pernah lagi buat nyakitin cewek dan mainin perasaannya. “ ucapku.


“ Iya makasih Ra akan selalu ku ingat pesan kamu, skali lagi aku mintak maaf sama kamu. “ katanya.


“ Yaudah gakpapa santai aja sama aku. Anggep aja hal ini nggak pernah terjadi dan hubungan kita tetap baik – baik saja. “ seruku.


Baim pun pulang dengan ucapan Terima Kasih dan Senyuman Manisnya. Rara kembali tersenyum dengan rasa sakit yang ia rasakan saat itu.


Di suatu universitas yang terdiri dari beranekaragam mahasiswa yang mulai meranjak dewasa dan mengenal cinta. Layaknya seperti Ririn yang merasakan cinta terhadap laki - laki satu kampusnya, ia bernama Baim. Cowok yang terkenal dengan paras wajahnya yang mempesona. Mereka dekat, layaknya seperti orang pacaran dan mereka mempunyai rasa paling mencintai. Namun sayang, diantara mereka tidak ada yang berani untuk mengungkapkannya. Ririn terus menunggu kepastian dari Baim, hingga pada saatnya Baim menghilang tanpa meninggalkan sepucuk kata. Angan ririn tak pernah kandas, namun cintanya masih tergantung pada sebuah ketidakpastian. Baim menghilang tanpa kabar dalam tempo waktu yang cukup lama. Ririn terus menunggu Baim. Namun, pada suatu hari yang mungkin itu menjadi hari bahagia Ririn karena bertemunya dengan Baim, hari itu menjadi hari yang sangat menyedihkan dan cukup menggores hatinya. Ternyata kedatangan Baim memberitahu sebuah berita jika ia akan menikah dengan perempuan yang bukan bernama Ririn.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar