Jumat, 25 Desember 2015

ASAL USUL LEGENDA MUYANG BETUNG

 Hai Sobat Blogger pada kesempatan kali ini kita ingin membagikan cerita legenda asal usul muyang betung nih. Langsung aja yuk kita liat ceritanya capcuss.
Dahulu kala hiduplah seorang muyang betung bernama  muyang tulis. Menurut sumber, ia hidup dan tinggal di di desa Suak Tapeh yang sekarang bernama Lubuk Lancang sekitar tahun 1400 M. Suatu hari muyang tulis diundang dalam acara pernikahan yang diadakan di kampong tersebut .
Menurut adat daerah, setiap acara pernikahan yang digelar harus ada pergelaran pencak silat serta iringan tari-tarian adat daerah banyuasin pada waktu itu.  Muyang tulis pun ikut dalam pagelaran pencak silat tersebut.
Acara demi acara telah dilalui.  Gayung bersambut, muyang  tulis menemukan tambatan hatinya. Ia terpikat pada seorang gadis cantik nan elok tersebut.  Kemudian muyang tulis bertanya
“Siapakah gerangan nama adinda?
Gadis itu menjawab dengan lembut  “si batik”.
“Namaku tulis, sebab ada batik karena ditulis” rayu muyang tulis.
Tanpa menunggu waktu lama, muyang tulis segera menyunting si batik. Acara pernikahan pun digelar meriah. Mereka hidup bahagia nan sederhana. Mereka menjadi petani dan mempunyai sawah. 
Pada suatu siang, Muyang tulis bertemu dengan seorang pemudah yang berbadan kekar dan bertubuh tinggi. Pemuda ini bernama ”kubu liber telapak”. Ia memiliki ilmu kanuragan tinggi dan hebat.
Pada satu ketika kubu liber telapak mengajak muyang betung adu tanding ilmu kanuragan di suatu tempat  bernama kampung salayan (sekarang terletak di area perkebunan kelapa sawit PTPN VII,  kurang lebih 12 km sebelah timur kota betung sekarang ini). Di tempat itu, mereka melakukan pertandingan menunjukkan siapa yang paling kuat dan hebat.
Mereka berdua berlomba mengumpulkan kayu sebanyak-banyaknya untuk membuat salayan. Kemudian kubu liber telapak membakar kayu itu sehingga menjadi api unggun yang besar dan menyala. 
“Kita bertanding, siapa yang dahulu bertanding untuk disalai (diobong) barang siapa yang dapat bertahan lama dia yang menang.
“Kamu duluan yang disalai”
“Perjanjiannya siapa yang kalah ia akan dijadikan budak seumur hidup”.
Tak berselang lama, kubu liber masuk kedalam salayan tersebut. Beberapa jam kemudian ternyata kubu liber telapak turun dari salayan karena tidak tahan obongan api besar tersebut. Kemudian giliran muyang betung yang masuk ke dalam salayan api tersebut. Lama waktu berganti, sehari penuh muyang betung belum juga turun dari tempat salayan sehingga keesokkan harinya muyang tulis tersebut belum turun.
Oleh karena kesal, kubu liber telapak membesarkan api maka kubu liber telapak menyuruh muyang betung keluar dari tempat salayan. Lalu turunlah muyang dari tempat salayan dengan menggigil seperti orang habis berendam di salju karena kedinginan. Tapi kubu liber telapak belum puas juga dalam kekalahannya. Kubu liber telapak meminta  menggelar adu tanding kembali dan disetujui  oleh muyang betung dan digelar di tempat yang lain, tapi muyang betung mengatakan kepada kubu liber telapak setelah adu tanding ini harus mengakui kekelahan. Kampung Nongkol itulah nama tempat baru dimana kedua petarung ini menguji kekuatan masing-masing(dalam wilayah desa lubuk karet, kira-kira 20 km dari sebelah timur desa lubuk karet.
Kubu liber telapak mencabut sebatang pohon meranti yang sangat besar kurang lebih berdiameter 150 cm. Kemudian meranti tersebut dibuat menjadi sebuah titian atau jembatan yang menyebrangi sungai betung yang mengaliri daerah Nongkol tersebut.
Kali ini muyang betung yang duluan meniti batang meranti yang dibuat jembatan tersebut baru beberapa langkah muyang betung menginjak jembatan tersebutb sudah patah berantakan. Kemudian tibalah gliiran kubu liber telapak yang akan meniti jembatan yang dibuat dari gagang tombak(gagang kujur) kira-kira besarnya sebesar lengan atau kurang lebih berdiameter 4 cm.  Gagang tombak tersebut  dibuat dari semambu ulung (rotan berwarna hitam).
Kubu liber telapak memulai pertandingannya dengan meniti semua gagang tombak tersebut tetapi bukan patah malah melengkung ke atas sehingga berulang kali dititi atau diseberangi diatas jembatan yang dibuat dengan gagang tombk tersebut tidak juga patah.
“Kamu yg kalah dalam adu tanding ini,maka kamu menjadi budakku(pembantu)seumur hidup". Kata Muyang tulis dengan penuh kebanggaan.
Muyang tulis pun mempunyai seorang pembantu laki-laki yang bernama “kubu liber telapak” pada waktu itu muyang tulis membangun ladang di daerah brumbung kuning (tapatnya daerah pemakaman umum desa durian daun sekarang ini), sampai ke daerah babat banyuasin. Orang betung bilang beliau berladang tujuh lengguh tujuh pematang setinggal anak. Pepohonan besar pada waktu itu tidak ditebang dengan gergaji atau parang malahan dicabut pepohonan dan kekayuan oleh pembantu muyang tadi bagaikan ladang tersebut sudah diolah dengan alat besar bulldosser seperti sekarang ini.
Kemudian dalam hidup berumah tangga muyang tulis dan istrinya. Setahun kemudian istrinya muyang batik mengandung. Pada waktu itu muyang tulis sedang mengembara beberapa hari lamanya sekembalinya muyang tulis ke ladangnya ditemuinya istrinya tersebut sedang beristirahat sehabis makan siang kemudian istrinya sendawa.
“ Alhamdulillah perut saya menjadi kenyang dengan memakan gulai sawai(gulai ular sawah)”.
Rupanya istri muyang tulis lagi mengidam ular sawah, maka muyang tulis terlalu marah melihat keadaan begitu. Spontan muyang tulis memotong istrinya dengan parang yang sangat tajam sehingga mengakibatkan istrinya meninggal dan ditemuinya anak dalam kandungan sedang memakan daging ular sawah.
Sampai sekarang  bujang betung jadi larangan untuk memperistrikan anak gadis dari desa suak tapeh(lubuk lancang).
Narasumber : Bpk.  M. Zaini harom(pemangku adat kel.rimba asam kec. Betung)

Sumber : http://paskibrasmansabetung.blogspot.co.id/2011/10/asal-usul-legenda-muyang-betung.html



Tidak ada komentar:

Posting Komentar